Judul
Buku ; Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia
Penulis
; Harimurti Kridalaksana
Penerbit
; PT Gramedia Pustaka Utama, Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270 Angota
IKAPI, Jakarta 2007
Cetakan
; Ke-Enam, Mei 2010
Tebal
; 242 halaman
PENDAHULUAN
Didalam laporan bacaan ini buku yang dapat
dilaporkan ialah buku tentang pembentukan kata dalam bahasa indonesia, yang
ditulis oleh Harimurti Kridalaksana. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta 2007 dengan tebal 242 halaman. Buku ini menjelaskan
tentang pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Materi yang terdapat dalam buku ini terdiri
dari 10 subbab, sebelum mempelajari subbab pertama terdapat daftar isi, daftar
tabel, dan prakarta. Diakhir subbab sepuluh yaitu penutup terdapat kepustakaan,
lampiran satu (daftar morfem dan dasar terikat), lampiran dua (daftar
proleksem), indeks, dan biografi dari seorang penulis buku tersebut.
BAGIAN DARI
LAPORAN BACAAN
Bab satu pendahuluan
•
Pengantar
Buku ini memuat salah satu bagian dari bahasa
Indonesia, yaitu subsistem morfologi, khususnya proses pembentukan kata. Bahasa
indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, bahasa negara sebagaimana disebutkan dalam UUD
1945 pasal 36 yang secara struktual merupakan varian dsri bahasa melayu.
•
Variasi-variasi dalam bahasa Indonesia
Dalam keadaan sekarang ini bahasa Indonesia
menumbuhkan varian-varian, yaitu ; varian yang menurut pemakai disebut dialek
dan varian menurut pemakaian yang disebut ragam bahasa.
•
Ragam standar dan ragam non-standar
Mengingat banyaknya varian bahasa tersebut,
dalam perkembangannya bahasa menumbuhkan varian-varian tertentu untuk
keperluan-keperluan tertentu. Salah satu varian yang digunakan oleh bahasawan
untuk mengatasi ketidakpastian karena banyaknya varian itu ialah apa yang lazim
disebut bahasa standar atau bahasa baku.
•
Tiga subsistem bahasa
Bahasa sebagai fenomena yang memadukan bagian
dunia makna dan bagian dunia bunyi mempunyai 3 subsitem yaitu subsistem
fonologis, subsistem grametikal, dan subsitem leksikal.
•
Pendekatan deskriptif
Penyelidikan mengenai sistem bahasa secara
keseluruhan maupun morfologi secara khusus dapat dilakukan secara deskriptif
(sinkronis) dan secara historis (diakronis).
Bab 2 Latar belakang
Teoritis
•
Pengantar
Dalam buku ini dikembangkan model baru untuk
morfologi bahasa Indonesia, yang diperkirakan berlaku pula bagi bahasa-bahasa
lain. Dalam model ini terlihat bahwa subsitem leksikon, subsitem morfologi, dan
subsitem sintaksis saling berkaitan.
•
Teori tentang leksem
Bahwasanya morfologi dan sintaksis merupakan
dua subsistem yang berkaitan terlihat pada kenyataan bahwa kata merupakan
satuan terbesar dalam morfologi dan sekaligus satuan terkecil dalam sintaksis.
•
Morfologi sebagai subsistem bahasa
Morfologi dapat dipandang sebagai subsistem
yang berupa proses yang mengolah leksem menjadi kata atau seperti dikatakan
oleh Whorf (dalam Carroll 1956;132)
ketika membicarakan derivational types.
•
Proses-proses morfologi
Proses morfologis yang disajikan dalam buku
ini ialah ; derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi (pemendekan),
komposisi (perpaduan), dan derivasi balik.
•
Satuan-satuan yangterlibat dalam proses
morfologis
Satuan-satuan yang terlibat dalam proses
morfologis, yaitu leksem, kata, dan beberapa jenis morfem.
•
Kategori dalam pembentukan kata
Kelas kata dalam bahasa Indonesia terbagi atas
; verba, ajektiva, nomina, pronomina, numeralia, advervia, interogativa,
demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi.
•
Masalah makna dalam pembentukan kata
Dalam pembentukan kata leksem atau gabungan
leksem memperoleh makna gramatikal, misalnya prefiksasi dengan me- atas leksem
darat menghasilkan kata mendarat dan artinay lebih kurang menuju darat, atau
sampai ke darat.
•
Aliran-aliran dalam morfologi
Morfologi dipandang sebagai proses yang
mengolah leksem menjadi kata dalam lingustik, model ini disebut model proses.
Bab 3 Afiksasi
•
Pengantar
Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem
menjadi kata kompleks
•
Jenis afiks
Dalam bahasa Indonesia dikenal jenis-jenis
afiks yang secara tradisional diklasifikasikan atas ; prefiks, infiks, sufiks,
simulfiks, konfiks, superfiks, dan kombinasi afiks.
•
Afiksasi sebagai proses
Proses afiksasi bukanlah hanya sekedar
perubahan bentuk saja, melainkan juga pembentukan leksem menjadi kelas
tertentu.
•
Afiks pembentuk verba
Prefiks me-, simulfiks N-, prefiks ber-,
konfiks ber-R, prefiks per-, prefiks ter-, prefiks ke-, sufiks –in, kombinasi
afiks me-i, kombinasi afiks di-i, kombinasi afiks me-kan, kombinasi afiks
memper-, kombinasi afiks diper-, kombinasi afiks memper-kan, kombinasi afiks
diper-kan, kombinasi afiks N-in, konfiks ber-an, konfiks ber-R-an, konfiks
ber-kan, konfiks ke-an, kombinasi afiks ter-R, kombinasi afiks per-kan,
kombinasi afiks per-i, kombinasi afiks ber-R.
•
Afiks pembentuk ajektiva
Prefiks se-, prefiks ter-, infiks –em-, infiks
–in-, konfiks ke-an, kombinasi afiks me-i, kombinasi afiks me-kan, prefiks
ber-, prefiks me-, prefiks pe-, sufiks –an, sufiks –al, sufiks –il, sufiks
–iah, sufiks –if, sufiks –ik, sufiks –is, sufiks –istis, sufiks –i.
•
Afiks pembentuk nomina
Sufiks –an, prefiks ke-, prefiks pe1-, prefiks
pe2-, prefiks per-, prefiks se-, kombinasi afiks pemer-, konfiks ke-an, konfiks
pe-an, konfiks per-an, kombinasi afiks keber-an. Kombinasi afiks kese-an,
kombinasi afiks keter-an, kombinasi afiks pember-an, kombinasi afiks pemer-an,
kombinasi afiks penye-an, kombinasi afiks perse-an, kombinasi afiks perseke-an,
infiks –el-, infiks –er-, sufiks –at, sufiks –si, sufiks –ika, sufiks –in,
sufiks –ir, sufiks –ris, sufiks –us, sufiks –isme, sufiks –is, sufiks –isasi,
sufiks –isida, sufiks –ila, sufiks –or, sufiks –tas.
•
Afiks pembentuk advervia
Konfiks se-nya, konfiks se-R-nya.
•
Afiks pembentuk numeralia
Sufik –an, prefiks –ke, prefiks ber-, konfiks
ber-R.
•
Afiks pembentuk interogativa
Sufiks –an, prefiks me-, kombinasi afiks
me-kan, kombinasi afiks N-in.
•
Catatan tentang sufiks –kan dan –i
Hasil akhir proses morfologis bukan hanya
perubahan bentuk, melainkan juga perubahan makna.
•
Pola afiksasi
Ada tiga aspek yang terlibat dalam kejadian
kata-kata, yaitu kelas leksem dan kelas kata yang bersangkutan, proses
morfofonemi yang dialami, dan makna gramatikal kata yang bersangkutan.
•
Aspek sintaksis dalam afiksasi
Pembicaraan yang singkat tentang aspek
sintaktis keenam afiks tersebut tentu saja dimaksudkan untuk membuka pemikiran
dan pembahasan tentang aspek sintaktis afiks-afiks lain yang pasti bisa
dilakukan oleh para penyelidik lain.
Bab 4 Reduplikasi
•
Pengantar
Ada tiga macam reduplikasi, yaitu ;
reduplikasi fonologis, reduplikasi morfemis, dan reduplikasi sintaksis.
•
Makna reduplikasi
Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan
makna gramatikal. Dari sudut pandang yang lain, dalam hal ini dilihat dari
sudut semantis dapat dibedakan reduplikasi morfemis bersifat non-idiomatis dan
bersifat idiomatis.
•
Reduplikasi morfemis
Reduplikasi morfemis ini terbagi atas ;
reduplikasi pembentuk verba, reduplikasi pembentuk ajektiva, reduplikasi
pembentuk nomina, reduplikasi pembentuk pronomina, reduplikasi pembentuk
adverbia, reduplikasi pembentuk interogativa, dan reduplikasi pembentuk
numeralia.
•
Urutan proses dalam reduplikasi
Urutan proses reduplikasi tidak selalu
sederhana, kecuali dalam hal dwilingga yang tidak begitu ruwet, karena hanya
mengulang morfem dasar saja.
Bab 5
komposisi
•
Pengantar
Yang dimaksud dengan perpaduan atau
pemajemukan atau komposisi adalah proses penggabungan dua leksem atau lebih
yang membentuk kata.
•
Urutan proses
Dalam membicarakan proses perpaduan atau
komposisi perlu ditengahkan urutan kejadian kata itu. Bentuk seperti suka duka
adalah gabungan dua leksem yang mengandung reduplikasi.
•
Klafisifikasi
Kompositum itu dibagi atas 5 golongan ;
•
Kompositum subordinatif substantif (tipe A)
•
Kompositum subordinatif atributif (tipe B)
•
Kompositum koordinatif (tipe C)
•
Kompositum berproleksem (tipe D)
•
Kompositum sintetis (tipe E)
•
Kompositum sebagai gejala pertautan argumen
Secara singkat yang dimaksudkan dengan
pertautan argumen ialah peleburan suatu argumen ke dalam predikator sehingga
terbentuk predikator baru. Pertautan argumen merupakan bidang yang terletak
dalm dua wilayah, yaitu wilayah morfologi dan wilayah sintaksis.
•
Kompositum sebagai gejala ergativitas
Sebagaimana dengan pertautan argumen, masalah
kompositum menyangkut pula masalah ergativitas, khususnya dalam hubungan dengan
komponen-komponen dari gabungan leksem niminal.
Bab 6 Abreviasi
•
Pengantar
•
Peristilahan
Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau
beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang
berstatus kata.
•
Pemakaian bentuk kependekan
Dalam bahasa Indonesia terdapat bentuk-bentuk
kependekan seperti ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Kependekan tu
tidak menimbulkan kesukaran pada para pemakai bahasa.
•
Jenis-jenis kependekan
Singkatan yaitu salah satu hasil proses
pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik yang dieja huruf demi
huruf. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian
dari leksem. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku
kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkab sebagai sebuah kata yang
sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Kontraksi yaitu proses
pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Lambang huruf
yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang
menggambarkan konsep dasr kuantitas, satuan atau unsur.
•
Morfem visual dan morfem auditif
Bentuk singkatan yang tidak dieja huruf demi
huruf seperti dan lain-lain. Hanya terdapat dalm bentuk tulis, dan yang
dilafalkan selalu bentuk kepanjangannya dan lain-lain.
•
Kependekan sebagai bentuk monomorfemis atau
polimorfemis
Di antara bentuk-bentuk singkatan yang
bermacam-macam jenisnya kita jumpai bentuk seperti ; Itjen, Kalab,
Kalitbangdiklat.
•
Alomorf dan aloleks
Hubungan antara sebuah bentuk kependekan dan
bentuk kepanjangan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, orang dapat menganggap
bahwa sebuah bentuk kependekan merupakan alomorf dari bentuk kepanjangannya
(Wells 1956). Kedua, bentuk kependekan dapat dianggap sebagai sebuah morfem
tersendiri dan bentuk kepanjangannya merupakn morfem atau gabungan morfem yang
lain.
•
Klafisifikasi bentuk-bentuk kependekan
•
Pengantar
Membuat klagikasi atas bentuk-bentuk
kependekan yang ada dalam bahasa indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah.
•
Klafikasi bentuk kependekan
•
Singkatan
•
Akronim dan kontraksi
•
Penggalan
•
Lambang huruf
•
Afiksasi terhadap kependekan
Setelah mengalami leksikalisasi, kependekan
dapat mengalami gramatikalisasi berupa proses afiksasi.
•
Reduplikasi atas kependekan
Beberapa bentuk kependekan dapat
direduplikasikan, seperti ; Ormas-ormas (organisasi massa), Pudek-pudek
(pembantu dekan), Kanwil-kanwil (kantor wilayah), SD-SD (sekolah dasr).
•
Penggabungan atas kependekan
Proses penggabungan bentuk-bentuk kependekan
dapat terjadi antara dua bentuk kependekan atau lebih. Bahkan sebuah kalimat
pun dapat terjadi dari kependekan-kependekan.
•
Pelepasan tas kependekan
Proses pelepasan yang dapat terjadi pada
kependekan adalah ;
•
Pelepasan huruf
•
Pelepasan suku kata
•
Pelepasan kata
•
Pelepasan afiks
•
Pelepasan konjungsi, preposisi, partikel atau
reduplikasi
•
Penyingkatan atas kependekan
Proses penyingkatan dapat terjadi dalam
kependekan, sehingga ada penyingkatan dalam singkatan.
Bab 7 Metanalisis
Dalam morfologi bahasa Indonesia terdapat
bentuk-bentuk yang secara historis tidak berasal dari bahasa Melayu awal,
melainkan terjadi karena proses penyerapan dalam bahasa dalam bahasa
Melayu/bahasa Indonesia. Proses metanalisis berbeda dari derivasi balik. Dari
proses derivasi balik diperoleh bentuk yang secara historis tidak ada, walaupun
hanya penggalan, biasanya dengan makna baru. Masih dapat digolongkan dalam
proses metanalisis ialah ; terjadinya bentuk lanjur dan terlanjur, lantar dalm
telantar. Terjadinya bentuk terakhir itulah yang kita sebut metanalisis.
Bab 8 Derivasi Balik
Derivasi balik adalah proses pembentuk kata
karena bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal
unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis tidak diramalkan.
Contoh pembentukan kata itu adalah ;
•
Kata pungkir dalam dipungkiri yang dipakai
orang karena mengira bentuk itu merupakan padanan pasif dari memungkiri.
•
Kata ketik dalam diketik dipakai orang karena
dikira bentuk itu merupakan padanan pasif dari mengetik.
•
Kata tikah dalam ditikahkeun (bahasa Sunda)
digunakan orang karena dikira bahwa bentuk itu merupakan padanan pasif dari
menikah.
•
Bentuk pengapakan dalam dipengapakan pun dapat
dipandang sebagai derivasi balik yakni bentuk yang terjadi lewat mengapakan.
Bab 9 Kaidah-kaidah
morfofonemik
•
Pengantar
Morfofofnemik adalah subsistem yang
menghubungkan morfologi dan fonologi. Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis
yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfofonemik dalam
Bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem)
dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks.
•
Proses morfofonemik yang otomatis
•
Proses pemunculan fonem
Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi
ialah pemunculan fonem. Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan
fonem awal dalam morfem dasar.
•
Proses pengekalan fonem
Pengekalan fonem terjadi bila pada proses
penggabungan morfem tidak terjadi perubahan apa-apa, baik pada morfem dasar
maupun afiks. Morfem dasar dan morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru
yang lebih konkret.
•
Proses pemunculan dan pengekalan fonem
Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses
pemunculan fonem yang homorgan dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus
pengekalan fonem pertama morf dasar tersebut ; proses ini terjadi karena
bahasawan ingin mempertahankan identitas leksikal morf dasar dan bertujuan
menghindari homonim dengan bentuk pemunculan. Proses ini hanya terjadi pada
prefiksasi.
•
Proses pergeseran posisi fonem
Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponen
dari morfem dasar dan bagian dari afiks membentuk satu suku kata. Pergeseran
ini dapat terjadi ke depan, ke belakang, atau dengan pemecahan.
•
Proses perubahan dan pergeseran posisi fonem
Perubahan dan pergeseran posisi fonem terjadi
pada proses penggabungan morfem dasar yang berakhir dengan konsonan dengan
afiks yang berawal dengan vokal, atau penggabungan morfem dasar ajar dengan
afiks ber-, per-, dan per-an, atau pada penggabungan morfem dasar anjur dengan
afiks ter-.
•
Proses pelepasan fonem
Proses pelepasan fonem terjadi bila morfem
dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan morfem.
•
Proses peluluhan fonem
Peluluhan fonem terjadi bila proses
penggabungan morfem dasar dengan afiks membentuk fonem baru.
•
Proses morfofonemik yang tidak otomatis (I)
•
Proses pemunculan fonem secara historis
Penyisipan ini terjadi bila morfem dasar yang
berasal dari bahasa asing diberi afiks yang berasal dari bahasa asing pula,
sehingga fonem yang semula tidak ada pada morfem dasar itu, muncul kembali pada
saat penggabungan morf.
•
Proses pemunculan fonem berdasarkan pola
bahasa asing
Pemunculan fonem terjadi karena mengikuti pola
morfofonemik bahasa asing. Gabungan ini terjadi dari morfem dasar dalam bahasa
Indonesia dengan afiks asing, baik afiks Arab maupun Inggris.
•
Proses variasi fonem bahasa sumber
Variasi fonem ini mengikuti pola bahasa sumber
dan memiliki makna yang sama dengan makna pada bahasa sumber.
•
Proses morfofonemik yang tidak otomatis (II)
Selain proses morfofonemik yang tidak otomatis
yang terjadi karena faktor fonologis, ada pula proses morfofonemik yang terjadi
karena faktor semantis. Dalam proses ini bahasawan rupanya ingin mempertahankan
identitas leksem, sehingga tidak timbul pengacauan makna.
•
Morfem dan alomorf
Sebagaimana dinyatakan pada awal bab ini, ujud
morfem dapat pula dipandang sebagai fenomen yang statis, dengan melihat
realisasinya dalam tingkat yang lebih konkret. Realisasi morfem dalam tingkat
ini terjadi disebut morf. Dan ujud inilah yang terjadi dari fonem. Bila morf
itu telah diidentifikasikan distribusinya, maka morf dalam tiap posisi disebut
alomorf.
Bab 10 Penutup
Setelah mendapat gambaran tentang semua unsur
dan proses yang terlibat dalam pembentukan kata dan memperoleh wawasan tentang
sistematik yang melatarinya, patut kita lihat lebih lanjut bagaimana semua itu
menggambarkan sifat dan potensi bahasa Indonesia dan seberapa jauh sistem itu
dapat berkembang, sehingga tumbuhnya bentuk-bntuk baru dapat dipahami.
Kepustakaan
Dalam kepustakaan tersebut, penulis buku “
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia “ oleh Harimurti Kridalaksana
memberikan kita informasi tentang penjelasan buku, salah satu kepustakaan nya
ialah Akhmanova, C. 1966. Slavar
Linguistichesnikhterminov. Moskow ; Soviets kayaentsiklopedia.
Lampiran (I)
Didalam lampiran (I) terdapat daftar morfem
dasar terikat, salah satunya ialah acan (bahak ‘tertawa).
Lampiran (II)
Didalam lampiran (II) terdapat daftar
proloksem, salah satunya yaitu a;anasional, adi;adibusana, alo;alofon.
Indeks
Penulis buku tersebut (Harimurti Kridalaksana)
juga membuat Indeks, salah satunya yaitu abreviasi (12-13, 109, 159-178),
afiks, (9, 11, 20, 111).
Biografi singkat
Harimurti Kridalaksana dilahirkan pada tahun
1939 di Ungaran, Jawa Tengah. Meraih gelar sarjana sastra pada tahun 1963 dan
doktor Ilmu sastra pada tahun 1987 dari Universitas Indonesia. ; sekarang
menjabat ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
mantap
BalasHapussheesh
BalasHapusTerima kasih🙏
BalasHapusSmoga generasi penerus dapat berkembang dalam hal pembuatan conto-conto laporan bacaan🙏