1. TOTO
SUDARTO BACHTIAR
Toto sudarto bachtiar (lahir di palimanan, Cirebon, tanggal 12
Oktober 1929) telah mulai mengumumkan sajak-sajaknya sekitar tahun 1950.
Sajaknya yang terkenal ‘ ibu kota senja ‘ ditulisnya tahun 1951. Tetapi
kebanyakan sajak-sajaknya ditulis sesudah tahun 1953, karena itu ia baru
dibicarakan sekarang dan tidak pada periode sebelumnya berlainan dengan kawan
sebayanya Harijadi S. Hartowardjo yang setelah 1954 sedikit saja menulis sajak.
Dalam sajaknya ‘ pahlawan tak dikenal ‘ ia melukiskan seorang pemuda yang gugur
tertembak pada hari pahlawan tanpa mengetahui untuk apa. Tetapi ia memberikan
pengorbanannya dengan ikhlas ; ia tersenyum mau berkata “ aku sangat muda “.
Kecuali menulis sajak Toto sudarto juga
banyak sekali menerjemahkan, baik sajak maupun cerpen atau karangan-karangan
lain kedalam bahasa Indonesia.
2. W.S. RENDRA
Rendra yang semula nama lengkapnya Willibrodus Surendra Broto
lahir di Solo tanggal 7 November 1935 ialah penyair Indonesia terpenting pada
masa ini. Ia mulai mengumumkan sajak-sajaknya sekitar tahun 1954 dalam
majlah-majalah terkemuka di Jakarta dan lembaran-lembaran kebudayaan di Solo
dan di Yogya. Kemudian sajak-sajaknya yang permulaan itu di muat dalam buku
kumpulan sajaknya yang pertama berjudul Balada Orang-orang Tercinta (1957). Rendra
mendapat hadiah sastra nasional untuk puisi tahun (1955-1956) sebagai salah
seorang penyair terbaik. Salah sebuah sajaknya yang permulaan yang juga dimuat
dalam kumpulan itu berjudul “ Terbunuhnya Atmo Karpo “ merupakan sebuah sajak
baladanya yang terbaik. Selain menulis sajak, Rendra pun banyak menulis cerpen.
Sebagaiannya telah diterbitkan dalam sebuah kumpulan berjudul Ia Sudah
Bertualang (1963). Juga banyak bergerak di bidang drama.
3. RAMADHAN K.H
Ramadhan K.H. atau
lengkapnya Ramadhan Kartahadimadja lahir di Bandung 16 Maret 1927, tetapi baru
tampil namanya sebagai penulis sekitar tahun 1952. Ia mula-mula menulis cerpen,
kemudian lebih banyak menulis sajak. Ia pun seorang penerjemah yang telah
berjasa memperkenalkan sajak-sajak dan drama Federico Garcia Lorca ke dalam
bahasa indonesia yang diterjemahkanya langsung dari bahasa Spanyol.
Sajak-sajaknya sendiri yang ditulisnya ia baru pulang dari spanyol, kemudian
dibukukan dengan judul Priangan SI Jelita (1958). Untuk buku itu dia
mendapatkan hadiah sastra nasional dari B.M.K.N tahun 1957-1958. Dalam sajaknya
itu ia banyak menyatakan kegetiran hatinya lantaran melihat tanah airnya tidak
aman dan menjadi korban pengacauan.
4. KIRDJOMULJO
Kirdjomuljo lahir di Yogyakarta tahun 1930 ialah salah seorang
penyair indonesia yang banyak sekali menulis sajak. Sekita tahun 1953-2956
banyak di antarnya dimuat dalam majalah-majalah. Tahun 1955 terbit buku
kumpulan sajaknya berjudul Romance Perjalanan I. Romance perjalanan jilid-jilid
selanjutnya tidak pernah terbit, meskipun konon naskahnya sudah dipersiapkan
penyairnya. Banyak sajaknya yang dimuat dalam majalah-majalah tetapi belum
diterbitkan dalam buku. Kecuali menulis sajak, kirdjomuljo juga menulis banyak
drama. Yang pernah terbit menjadi buku hanya satu yaitu yang berjudul “ Nona
Maryam “ yang diterbitkan dalam satu jilid dengan drama sebuah tangan W.S
Rendra berjudul ‘ Orang-orang di Tikungan Jalan ‘ (1955). Kirdjomuljo pun ada
menulis cerpen dan roman, di antaranya ada yang sudah terbit berjudul Cahaya di
Mata Emi (1968) dan di saat rambutnya terurai (1968) yang terasa sangat lamban
gayanya.
Nama
Penyair Lainya
Beberapa penyair lain yang banyak mengumumkan sajak-sajak dalam
majalah-majalah pada periode ini, tetapi sayang belum juga mendapatkan
kesempatan untuk menerbitkanya menjadi buku, antara lain adalah :
•
Hartojo Andangdjaja (lahir di Solo tanggal 4 Jul 1930),
mengumumkan sajak-sajaknya dalam majalah-majalah terkemuka di Jakarta dan
kota-kota lain. Sajaknya yang pertama sudah dimuat sekitar tahun 1947.
•
M. Hussyn Umar (lahir di Medan tanggal 21 Januari 1931),
kecuali menulis sajak juga menulis cerpen dan drama radio. Sajak-sajaknya
menunjukkan perhatianya yang besar kepada masalah-masalah sosial. Ketika jadi
mahasiswa ia pun aktif dalam lapangan penerbitan mahasiswa.
•
Odeh suardi (lahir di Sumedang tanggal 6 September
1930), menulis sajak yang diilhami oleh agama yang dipeluknya, agama kristen.
Ia banyak menulis sajak dalam majalah-majalah Zenith, Gelanggang/siasat, Seni,
Mimbar Indoneia dan lain-lain. Setelah itu ia menjadi pendeta, tak pernah lagi
ada sajak yang diumumkannya.
•
Sugiarta Sriwibawa (lahir di Solo tanggal 31 Maret
1932), menulis sajak-sajak yang berat karena permasalah nadanya. Sajak-sajaknya
itu telah dikumpulkan dalam kumpulan berjudul Lentera Jalan yang sampai
sekarang belum terbit. Kecuali menulis sajak, Sugiarta banyak menulis cerpen
dengan gayanya yang lirikal dan puistis.
•
Surachman R.M (lahir di Cibatu, Garut,19 September
1936), sajak-sajaknya menunjukan perhatian yang besar terhadap masalah-masalah
sosial. Ia terkenal juga sebagai penulis yang banyak menulis sajak dalam bahasa
daerahnya, bahasa sunda. Kumpulan sajaknya bahasa sSunda telah terbit berjudul
Surat Kayas (1968).
•
Ayatrohaidi
(lahir di Jatiwangi, Majalengka, 5 Desember 1939), menulis sajak-sajak dan
cerpen-cerpen.,baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda. Juga dalam
sajak-sajaknya tampak perhatian yang besar terhadap masalah-masalah sosial.
Drama
Setelah beberapa tahun lamanya dunia penulisan drama Indonesia
hampir-hampir hanya mengenal Utuy T. Sontani sebagai tokoh tunggal, menjelang
akhir tahun lima puluhan muncullah beberapa nama baru dalam penulisan drama
Indonesia.
•
NASJAH DJAMIN
Lahir di Medan dalam tahun 1924, tetapi hidupnya
kebanyakan dihabiskan di Yogya. Meski ia sudah mulai menulis (sajak) pada awal
revolusi fisik, namun sampai awal tahun lima puluhan ia lebih banyak
mencurahkan perhatianya kepada seni lukis. Ia memang lebih dahulu terkenal
sebagi pelukis dari pada penulis. Kecuali menulis drama dan cerpen, Nasjah pun
menulis pula roman. Antara yang sudah terbit patut disebut Hilanglah si Anak
Hilang (1963). Roman ini mengisahkan perjuangan seorang pelukis individualis
yang hilang dari lingkungan keluarga karena menemukan konflik mengenai
nilai-nilai moral kebenaran.
•
H.M. JUSA BIRAN
Nama lengkapnya ialah Hadji Misbach Jusa Biran, lahir di
Rangasbitung tahun 1933. Ia terkenal mula-mula karena sketsa-sketsanya tentang
kehidupan “ seniman senen” yang dimuat dalam majalah Aneka tahun lima puluhan.
Ketika itu ia sudah bergerak dalam lapangan perilmuan. Setelah itu Misbach
masih menulis beberapa buah drama lagi, di antaranya berjudul “ setengah jam
menjelang maut “ (1968) yang pernah dimainkan di muka televisi. Romannya
menyusuri jejak berdarah (1968) merupakan penuliasan dari cerita fliem yang
juga telah dibuatnya sendiri.
Para
Pengarang Wanita
N.H DINI
N.H Dini yang nama lengkapnya Nurhajati Srihardini (lahir di
Semarang tanggal 29 Februari 1936), mulai menulis cerpen-cerpen yang dimuat
dalam majalah kisah dan lain-lain. Pada cerpen=cerpen itu tidak ada lagi
protes-protes yang berkisar pada soal-soal kewanitaan yang didunianya terjepit
di tengah dunia Laki-laki. Tokoh waniat Dini ialah manusia-manusia yang
kalaupun berontak ialah berontak karena hendak memperjuangkan harga dirinya
sebagai manusia. Dalam cerpen “ dua dunia” dikisahkan dini tentang Iswanti
seorang janda muda yang sakit tipus yang diceritakan suaminya karena si suami
main gila dengan ibu tirinya sendiri. Setelah terbit dengan kumpulan cerpen,
Dini kemudian menerbitkan sebuah roman pendek yang berjudul “ hati yang damai “
(1961). Ceritanya seorang istri penerbang yang ketika suaminya mendapat
kecelakaan lalu terlibat dalam cinta segi empat hingga akhirnya ia menemukan
kedamaian pada keluasan hati suaminya. Dini kemudian menikah dengan seorang
diplomat perancis, ia megikuti suaminya pernah tinggal di Jepang dan antara
lain menulis sebuah roman pula yang fragmennya pernah diumumkan dalam majalah.
Roman itu berjudul Namaku Hiroko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar