Translate

Sabtu, 14 Mei 2016

Nama Penyair dalam sejarah sastra di Indonesia

          1. TOTO SUDARTO BACHTIAR
Toto sudarto bachtiar (lahir di palimanan, Cirebon, tanggal 12 Oktober 1929) telah mulai mengumumkan sajak-sajaknya sekitar tahun 1950. Sajaknya yang terkenal ‘ ibu kota senja ‘ ditulisnya tahun 1951. Tetapi kebanyakan sajak-sajaknya ditulis sesudah tahun 1953, karena itu ia baru dibicarakan sekarang dan tidak pada periode sebelumnya berlainan dengan kawan sebayanya Harijadi S. Hartowardjo yang setelah 1954 sedikit saja menulis sajak. Dalam sajaknya ‘ pahlawan tak dikenal ‘ ia melukiskan seorang pemuda yang gugur tertembak pada hari pahlawan tanpa mengetahui untuk apa. Tetapi ia memberikan pengorbanannya dengan ikhlas ; ia tersenyum mau berkata “ aku sangat muda “. Kecuali menulis sajak  Toto sudarto juga banyak sekali menerjemahkan, baik sajak maupun cerpen atau karangan-karangan lain kedalam bahasa Indonesia.
            2. W.S. RENDRA
Rendra yang semula nama lengkapnya Willibrodus Surendra Broto lahir di Solo tanggal 7 November 1935 ialah penyair Indonesia terpenting pada masa ini. Ia mulai mengumumkan sajak-sajaknya sekitar tahun 1954 dalam majlah-majalah terkemuka di Jakarta dan lembaran-lembaran kebudayaan di Solo dan di Yogya. Kemudian sajak-sajaknya yang permulaan itu di muat dalam buku kumpulan sajaknya yang pertama berjudul Balada Orang-orang Tercinta (1957). Rendra mendapat hadiah sastra nasional untuk puisi tahun (1955-1956) sebagai salah seorang penyair terbaik. Salah sebuah sajaknya yang permulaan yang juga dimuat dalam kumpulan itu berjudul “ Terbunuhnya Atmo Karpo “ merupakan sebuah sajak baladanya yang terbaik. Selain menulis sajak, Rendra pun banyak menulis cerpen. Sebagaiannya telah diterbitkan dalam sebuah kumpulan berjudul Ia Sudah Bertualang (1963). Juga banyak bergerak di bidang drama.
            3. RAMADHAN K.H
 Ramadhan K.H. atau lengkapnya Ramadhan Kartahadimadja lahir di Bandung 16 Maret 1927, tetapi baru tampil namanya sebagai penulis sekitar tahun 1952. Ia mula-mula menulis cerpen, kemudian lebih banyak menulis sajak. Ia pun seorang penerjemah yang telah berjasa memperkenalkan sajak-sajak dan drama Federico Garcia Lorca ke dalam bahasa indonesia yang diterjemahkanya langsung dari bahasa Spanyol. Sajak-sajaknya sendiri yang ditulisnya ia baru pulang dari spanyol, kemudian dibukukan dengan judul Priangan SI Jelita (1958). Untuk buku itu dia mendapatkan hadiah sastra nasional dari B.M.K.N tahun 1957-1958. Dalam sajaknya itu ia banyak menyatakan kegetiran hatinya lantaran melihat tanah airnya tidak aman dan menjadi korban pengacauan.
            4. KIRDJOMULJO
Kirdjomuljo lahir di Yogyakarta tahun 1930 ialah salah seorang penyair indonesia yang banyak sekali menulis sajak. Sekita tahun 1953-2956 banyak di antarnya dimuat dalam majalah-majalah. Tahun 1955 terbit buku kumpulan sajaknya berjudul Romance Perjalanan I. Romance perjalanan jilid-jilid selanjutnya tidak pernah terbit, meskipun konon naskahnya sudah dipersiapkan penyairnya. Banyak sajaknya yang dimuat dalam majalah-majalah tetapi belum diterbitkan dalam buku. Kecuali menulis sajak, kirdjomuljo juga menulis banyak drama. Yang pernah terbit menjadi buku hanya satu yaitu yang berjudul “ Nona Maryam “ yang diterbitkan dalam satu jilid dengan drama sebuah tangan W.S Rendra berjudul ‘ Orang-orang di Tikungan Jalan ‘ (1955). Kirdjomuljo pun ada menulis cerpen dan roman, di antaranya ada yang sudah terbit berjudul Cahaya di Mata Emi (1968) dan di saat rambutnya terurai (1968) yang terasa sangat lamban gayanya.
Nama Penyair Lainya
Beberapa penyair lain yang banyak mengumumkan sajak-sajak dalam majalah-majalah pada periode ini, tetapi sayang belum juga mendapatkan kesempatan untuk menerbitkanya menjadi buku, antara lain adalah :
          Hartojo Andangdjaja (lahir di Solo tanggal 4 Jul 1930), mengumumkan sajak-sajaknya dalam majalah-majalah terkemuka di Jakarta dan kota-kota lain. Sajaknya yang pertama sudah dimuat sekitar tahun 1947.
          M. Hussyn Umar (lahir di Medan tanggal 21 Januari 1931), kecuali menulis sajak juga menulis cerpen dan drama radio. Sajak-sajaknya menunjukkan perhatianya yang besar kepada masalah-masalah sosial. Ketika jadi mahasiswa ia pun aktif dalam lapangan penerbitan mahasiswa.
          Odeh suardi (lahir di Sumedang tanggal 6 September 1930), menulis sajak yang diilhami oleh agama yang dipeluknya, agama kristen. Ia banyak menulis sajak dalam majalah-majalah Zenith, Gelanggang/siasat, Seni, Mimbar Indoneia dan lain-lain. Setelah itu ia menjadi pendeta, tak pernah lagi ada sajak yang diumumkannya.
          Sugiarta Sriwibawa (lahir di Solo tanggal 31 Maret 1932), menulis sajak-sajak yang berat karena permasalah nadanya. Sajak-sajaknya itu telah dikumpulkan dalam kumpulan berjudul Lentera Jalan yang sampai sekarang belum terbit. Kecuali menulis sajak, Sugiarta banyak menulis cerpen dengan gayanya yang lirikal dan puistis.
          Surachman R.M (lahir di Cibatu, Garut,19 September 1936), sajak-sajaknya menunjukan perhatian yang besar terhadap masalah-masalah sosial. Ia terkenal juga sebagai penulis yang banyak menulis sajak dalam bahasa daerahnya, bahasa sunda. Kumpulan sajaknya bahasa sSunda telah terbit berjudul Surat Kayas (1968).
           Ayatrohaidi (lahir di Jatiwangi, Majalengka, 5 Desember 1939), menulis sajak-sajak dan cerpen-cerpen.,baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda. Juga dalam sajak-sajaknya tampak perhatian yang besar terhadap masalah-masalah sosial.
Drama
Setelah beberapa tahun lamanya dunia penulisan drama Indonesia hampir-hampir hanya mengenal Utuy T. Sontani sebagai tokoh tunggal, menjelang akhir tahun lima puluhan muncullah beberapa nama baru dalam penulisan drama Indonesia.
          NASJAH DJAMIN
Lahir di Medan dalam tahun 1924, tetapi hidupnya kebanyakan dihabiskan di Yogya. Meski ia sudah mulai menulis (sajak) pada awal revolusi fisik, namun sampai awal tahun lima puluhan ia lebih banyak mencurahkan perhatianya kepada seni lukis. Ia memang lebih dahulu terkenal sebagi pelukis dari pada penulis. Kecuali menulis drama dan cerpen, Nasjah pun menulis pula roman. Antara yang sudah terbit patut disebut Hilanglah si Anak Hilang (1963). Roman ini mengisahkan perjuangan seorang pelukis individualis yang hilang dari lingkungan keluarga karena menemukan konflik mengenai nilai-nilai moral kebenaran.
          H.M. JUSA BIRAN
Nama lengkapnya ialah Hadji Misbach Jusa Biran, lahir di Rangasbitung tahun 1933. Ia terkenal mula-mula karena sketsa-sketsanya tentang kehidupan “ seniman senen” yang dimuat dalam majalah Aneka tahun lima puluhan. Ketika itu ia sudah bergerak dalam lapangan perilmuan. Setelah itu Misbach masih menulis beberapa buah drama lagi, di antaranya berjudul “ setengah jam menjelang maut “ (1968) yang pernah dimainkan di muka televisi. Romannya menyusuri jejak berdarah (1968) merupakan penuliasan dari cerita fliem yang juga telah dibuatnya sendiri.
Para Pengarang Wanita
N.H DINI
N.H Dini yang nama lengkapnya Nurhajati Srihardini (lahir di Semarang tanggal 29 Februari 1936), mulai menulis cerpen-cerpen yang dimuat dalam majalah kisah dan lain-lain. Pada cerpen=cerpen itu tidak ada lagi protes-protes yang berkisar pada soal-soal kewanitaan yang didunianya terjepit di tengah dunia Laki-laki. Tokoh waniat Dini ialah manusia-manusia yang kalaupun berontak ialah berontak karena hendak memperjuangkan harga dirinya sebagai manusia. Dalam cerpen “ dua dunia” dikisahkan dini tentang Iswanti seorang janda muda yang sakit tipus yang diceritakan suaminya karena si suami main gila dengan ibu tirinya sendiri. Setelah terbit dengan kumpulan cerpen, Dini kemudian menerbitkan sebuah roman pendek yang berjudul “ hati yang damai “ (1961). Ceritanya seorang istri penerbang yang ketika suaminya mendapat kecelakaan lalu terlibat dalam cinta segi empat hingga akhirnya ia menemukan kedamaian pada keluasan hati suaminya. Dini kemudian menikah dengan seorang diplomat perancis, ia megikuti suaminya pernah tinggal di Jepang dan antara lain menulis sebuah roman pula yang fragmennya pernah diumumkan dalam majalah. Roman itu berjudul Namaku Hiroko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar