A. Aspek
Semantis
Aspek semantis wacana terbagi atas
dua :
1. Hubungan Semantis Di Antara
Bagian-Bagian Wacana
Hubungan
semantis diantara bagian-bagian wacana ditandai oleh hubungan antara proposisi
dan proposisi bagian-bagian wacana itu. Contohnya:
1. Musim kemarau tahun ini amat
panjang
2. Di mana-mana terjadi kekeringan
3. Tanah-tanah sawah rekah kepanasan
4. Petani mengeluh tak ada air
5. panen pun menjadi tak menentu,
pohon padi mati kekeringan
2. Kesatuan Latar Belakang Semantis
Wacana
Kesatuan
latar belakang semantis wacana di tandai oleh kesatuan topik, hubungan di
antara peserta tuturan, dan media yang digunakan.
a. kesatuan topik
perhatikan
contoh berikut:
“Dijual.
Butuh uang tunai segara. Sebuah rumah tua. Luas tanah 1.500 meter persegi dan
luas bangunan 200 meter persegi, peminat yang serius harap hubungi kami. Kami
tidak punya waktu untuk melayani perentara”
b. hubungan di antara peserta
tuturan dapat disimak lewat dialog berikut:
a.
[ketika telepon bordering, seorang anak berkata kepada ibunya]:
anak: ada telpon untuk mama
ibu: mama di dapur.( tanggung) nanti masakan
gosong. Kamu terima sebentar.
b.
[ ketika telepon berdering ibu berkata kepada anaknya]:
ibu: ada telepon untuk kamu, na
anna: ma, tolong terima sebentar. Aku lagi
mandi
B. Aspek
Grametikal
Keutuhan sebuah wacana dinyatakan
dengan sebagai alat grametikal berikut:
a. Konjungsi
contoh konjungsi:
“sang penyair kadang-kadang mampu
membaca alam yang amat dekat dengan dirinya. Katakanlah kenyataan alam itu
adalah diri kita sendiri. Membaca kenyataan diri sendiri yang harmonis
merupakan wujud hubungan dan cerminan kecerdasan spiritual. Dalam hal itu, penyair Mustofa
Bisri mengemukakan ihwal anggota
tubuhnya yang berupa mulut. Pembacaannya atas kenyataan alam yang berupa
anggota tubuh itu melahirkan sajak mustofa berikut ini”
b. Ellipsis
dilepaskan di dalam salah satu
bagian merupakan ulangan dari bagian yang lain.
contohnya:
Di mukamu ada sebuah rongga
(di mukamu) ada giginya ada lidahnya
Lewat ronggs itu semua bisa
Kumasukan kedalam perutmu
Lewat(rongga) itu semua bisa
kutumpahkan
Lewat(rongga) itu air liurmu bisa
meluncur sendiri
c. Paralelisme
kesejajaran dalam wacana mengikuti
pola di antara bagian di dalam wacana itu. Contoh:
“berhadapan dengan struktur teks
sajak kadang-kadang seperti berhadapan dengan ayat-ayat atau tanda-tanda
kebesaran Tuhan.
d. Penggantian (substitusi)
1.
Penggantian anaforis
“kami pergi berjalan-jalan ke kota
bersama sebagian penduduk di desa kami. Mereka banyak yang memang sama sekali
belum pernah melihat keramaian kota. Oleh karena itu, mereka sangat bergembira”
Penggantian anaforis dapat juga
menggunakan beliau, ia, sia, dan-nya. Pronominal ia dan dia tidak ernah digunakan dalam penggantian kataforis.
2.
Penggantian kataforis
Pronominal persona-nya dapat juga
digunakan untuk penggantian kataforis, seperti:
“dengan kecerdasan luar biasa serta
dilengkapi dengan kecermatan dan ketelitiannya yang tinggi, saya yakin kelak
ahmad dapat menjadi seorang peneliti ulung yang berhasil”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar