·
Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir
pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya
rencana pelajaran, lebih popular dibandingkan dengan curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, ditambah garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947
mengurangi pendidikan pikiran. Hal yang diutamakan adalah pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
·
Ciri-ciri kurikulum 1947
·
Lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
·
Bentuknya memuat dua hal pokok:
daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
·
Kelebihan dari kurikulum 1947
·
lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
·
Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat, dan
mendudukkan pendidikan sebagai faktor penting dalam memperkokoh berdirinya
negara Indonesia melalui persatuan dan kesatuan untuk mengusir penjajah.
·
Memiliki fungsi strategis dalam
mempersatukan bangsa Indonesia melalui pendidikan
·
Kurikulum 1947 mengadopsi dari
pengalaman pendidikan Indonesia yang telah lalu dimas penjajahan, sehingga
memudahkan dalam penyusunannya.
·
Disusun dengan landasan filosofis
masyarakat Indonesia sebagai suatu system yang dapat menentukan arah hidup
serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam hidup berbangsa
dan bernegara.
·
Kekurangan dari kurikulum 1947
·
kurikulum pendidikan di Indonesia
masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang.
·
Dibayang-bayangi
pendidikan jaman penjajahan, sehingga mengarah pada pola pengajaran penjajah.
·
Belum
memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotor namun lebih dominan ranah
afektif
·
Belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga
belum memberikan dampak pada terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa
Indonesia hingga secara resmi dilaksanakan pada tahun 1950
·
Rencana
Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci
setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus
mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,”
kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung
Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan
1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
·
Ciri-ciri kurikulum 1952
·
Setiap pelajaran harus memperhatikan
isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
·
Fokusnya pada pengembangan daya
cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/ artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
·
Kelebihan dari kurikulum 1952
·
Kurikulum ini sudah mengarah pada
suatu sistem pendidikan nasional.
·
Kurikulum 1952 telah mengarah pada
sistem pendidikan nasional, walaupun belum merata pada seluruh wilayah di Indonesia,
namun dapat mencerminkan suatu pemahaman dan cita-cita para praktisi pendidikan
akan pentingnya pemerataan pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia.
·
Pada Kurikulum 1952, materi
pelajaran sudah berorientasi pada kebutuhan hidup para siswa, sehingga hasil
pembelajaran dapat berguna ketika ditengah masyarakat.
·
Karena setiap guru mengajar satu
mata pelajaran, maka memiliki keuntungan untuk lebih menguasai bidang pengajarannya dengan lebih baik, dari pada
mengajar berbagai mata pelajaran.
·
Kekurangan dari kurikulum 1952
·
Masih kurangnya tenanga pengajar.
·
Tidak didukung dengan fasilitas yang
memadai.
·
Karena kurikulum 1952 baru mengarah
pada sistem pendidikan nasional, maka belum mampu menjangkau seluruh wilayah
Indonesia.
·
Materi pelajaran belum orientasi masa depan, karena yang
diajarkan berorientasi kebutuhan untuk
hidup dimasyarakat saat itu, dengan demikian belum memiliki visi kebutuhan
dimasa mendatang.
·
Kurang membangkitkan kreatifitas dan
inovasi guru, karena setiap mata pelajaran sudah terinci dalam rencana
pelajaran terurai, hal ini mempersempit
kreatifitas dan inovasi guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
menentukan sumber materi pelajaran
·
Kurikulum
1964
Pemerintah Indonesia
kembali menyempurnakan sistem kurikulumnya. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964.
·
Ciri dari kurikulum ini
keinginan pemerintah Indonesia agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan, dan jasmani.
·
Kelebihan kurikulum 1964
·
Sudah mengembangkan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
·
Ranah kognitif merupakan
kemampuan pada segi keilmuan, ranah afektif merupakan kemampuan pada segi
sikap, dan psikomotorik merupakan kemampuan pada segi keterampilan, dimana
ketiganya merupakan faktor penting dalam pembentukan kepribadian manusia telah
menjadi prioritas dalam kurikulum ini..
·
Mengupayakan pengembangan potensi peserta didik sebagai pangkal dari
kemampuan seseorang untuk melakukan tindak lanjut dengan segala kreatifitas dan
inovasi, maka dengan kurikulum ini telah
menganggap setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-beda.
·
Pendidikan bersifat praktis, sehingga pembelajaran di sekolah akan
memilki kegunaan dalam kehidupan peserta
didik.
·
Kekurangan kurikulum 1964
·
Kurikulum ini dipergunakan hanya pada tingkat sekolah dasar dan belum
mencakup sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.
·
Dalam perjalanannya kurikulum ini terganggu oleh adanya manipol-usdek
yang mengarahkan pendidikan Indonesia untuk pembentukan manusia sosialis
Indonesia dengan menomorduakan kehidupan pribadi.
·
Terkesan masih diwarnai oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang
cenderung mengakomodir sistem-sistem yang belum sejalan dengan jiwa UUD 45.
·
Karena pendidikan diwarnai oleh kepentingan-kepentingan kelompok
menjadikan kurikulum ini dimaknai sebagai alat untuk membantu
kepentingan-kepentingan tertentu.
·
Kurikulum ini belum integrative terhadap pengembangan budaya dan
pengembangan persatuan dan kesatuan nasional.
·
Kurikulum ini belum terkikis dari upaya-upaya melestarikan tujuan
penjajah yang jika dibandingkan dengan cita-cita kemerdekaan sudah tidak
relevan lagi.
·
Kurikulum ini berjalan ketika Indonesia masih dalam keadaan labil.
·
Kurikulum
1968
Kelahiran Kurikulum 1968
bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum
1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,”
katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang
tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
·
Ciri-ciri kurikulum 1968
·
Mata pelajaran yang dikolerasikan
dengan mata pelajaran yang lain, walaupun batas demokrasi antar mata pelajaran
masih terlihat jelas.
·
Penjurusan di SMA dilakukan di kelas
II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu
Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).
·
Menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
·
Kelebihan dari kurikulum 1968
·
Bertujuan pada pembentukan manusia
Pancasila Sejati.
·
struktur pendiddikan dari
pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus.
·
Kurikulum 1968 dibuat untuk menjadi
pedoman penyelenggaraan pendidikan secara nasional, namun penerapannya di
daerah (di sekolah) diberi kebebasan menurut situasi dan kondisi daerah atau
sekolah yang bersangkutan.
·
Kurikulum 1968 telah dikembangkan
dalam nuansa otonomi dimana semua komponen kurikulum dilaksanakan oleh sekolah.
·
Sistem pembelajran di ruangan kelas
diserahkan kepada masing-masing guru, yang penting tujuan pendidikan dapat
tercapai.
·
Kurikulum ini berupaya mendorong
pengembangan kreativitas dan persaingan kompetitif diantara daerah, sekolah,
dan guru untuk mengembangkan kurikulum.
·
Kurikulum ini memberikan peluang
bagi tamatan sekolah untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih
tinggi.
·
Kekurangan dari kurikulum 1968
·
Muatan materi masing-masing mata
pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata
dalam lingkungan sekitar.
·
Walaupun sudah ada pembelajaran
keterampilan namun pada prakteknya kurikulum ini masih kurang memperhatikan
pembelajaran praktek.
·
Kurikulum ini tidak mengadopsi
kebutuhan masyarakat, sehingga pembelajaran di sekolah tidak dapat memenuhi
kebutuhan riil dalam kehidupan anak.
·
Kurikulum ini yang masih dipengaruhi
unsur politis sehingga tidak mengakar pada kebutuhan hidup anak secara
individual.
·
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan
pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective)
yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan
SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang
akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
·
Ciri-ciri kurikulum 1975
·
Metode materi dirinci pada Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI).
·
Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan intruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
·
Kelebihan dari kurikulum 1975
·
Menekankan pada tujuan agar
pendidikan lebih efisien dan efektif.
·
Menekankan kepada efisiensi dan
efektivitas dalam hal daya dan waktu.
·
Dipengaruhi psikologi tingkah laku
dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
·
Berorientasi pada tujuan
·
Mengarah pembentukan tingkah laku
siswa
·
Relevans dengan kebutuhan masyarakat
·
Menggunakan pendekatan psikolog
·
Menekankan efektivitas dan efisiensi
·
Menekankan fleksibilitas yaitu
mempertimbangkan faktor- faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas
yang menunjang terlaksananya program.
·
Prinsip berkesinambungan
·
Kekurangan dari kurikulum 1975
·
Kurikulum 1975 banyak dikritik.
·
Guru dibikin sibuk menulis rincian
apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
·
Terdapat ketidakserasian antara
materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
·
Terdapat kesenjangan antara program
kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
·
Terlalu padatnya isi kurikulum yang
harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
·
Guru dibuat sibuk menulis rincian
apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
·
Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan
secara sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya
potensi daerah.
·
Kurikulum ini berorientasi pada guru
hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran,
metode-metode ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru.
·
Kreativitas murid kurang berkembang
karena didukung oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek
dalam melakukan pembelajaran di kelas.
·
Kurikulum
1984
Kurikulum 1984 mengusung
process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor
tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA
yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di
sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
·
Ciri-ciri kurikulum 1984
·
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL).
·
Mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan itu penting.
·
Posisi siswa ditempatkan sebgai
subyek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,hingga
melaporkan.
·
Kelebihan dari kurikulum 1984
·
Kurikulum ini memuat materi dan
metode yang disebut secara rinci, sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
·
Prakarsa siswa dapat lebih dalam
kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat.
·
Keterlibatan siswa di dalam
kegiatan- kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan
peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
·
Anak dapat belajar dari pengalaman
langsung langsung.
·
Kualitas interaksi antara siswa
sangt tinggi, baik intelektual maupun sosial.
·
Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang diperlukan
dengan berpartisipasi secara aktif Mengusung proses skill approach.
·
Menanamkan pengertian terlebih
dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus
didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu
siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
·
Kekurangan dari kurikulum 1984
·
Kurang memperhatikan muatan (isi)
pelajaran
·
Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok.
·
Adanya
ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode
yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif
untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
·
Dapat
didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat
peserta lain.
·
Siswa
yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.
·
Peranan
guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta tanggung
jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
·
Diperlukan
waktu yang banyak dalam pembelajaran
menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
·
Guru
kurang komunikatif dengan siswa.
·
Kurikulum
1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih
pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin
mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan
proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum
berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu
berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim
Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi
perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
·
Ciri-ciri kurikulum 1994
·
Adanya perubahan dari sistem
semester ke sistem caturwulan.
·
Pembelajaran di sekolah lebih
menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi
pelajaran/isi).
·
Kurikulum 1994 bersifat populis,
yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
·
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru
hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru
dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen
(terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
·
Pengajaran dari hal yang konkrit ke
ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang
sederhana ke hal yang kompleks.
·
Pengulangan-pengulangan materi yang
dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
·
Kelebihan dari kurikulum 1994
·
Adanya perubahan dari sistem
semester ke sistem caturwulan.
·
Pembelajaran di sekolah lebih
menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi
pelajaran/isi).
·
Guru menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
·
Kurikulum berstandar nasional dan
memberikan ruang untuk pengembangan potensi wilayah.
·
Mampu mengadopsi aspirasi berbagai pihak yang
berhubungan dengan isu-isu yang berkembang di masyarakat.
·
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan masing-masing dengan beberapa alternatif.
·
Terdapat keserasian antara teori dan praktek, sehingga mengembangkan
ketiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
·
Kekurangan dari kurikulum 1994
·
Beban belajar siswa terlalu berat
karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata
pelajaran.
·
Materi pelajaran dianggap terlalu
sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan
kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
·
Kritik bertebaran, lantaran beban
belajar siswa dinilai terlalu berat.
·
Berbagai kepentingan
kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super pada
·
Pendekatan penguasaan materi
(content oriented) memberatkan siswa
·
Beban belajar siswa terlalu berat
karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata
pelajaran
·
Materi pelajaran dianggap terlalu
sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan
kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
·
Kurikulum pendidikan agama tahun
1994 juga lebih menekankan materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target
bahan ajar
·
Kurikulum
2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai
siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi
siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal
pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih
banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar
pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, di sejumlah sekolah
kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan
KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya
kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum. (sumber: depdiknas.go.id)
·
Ciri-ciri kurikulum 2004
·
Menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.
·
Berorientasi pada hasil belajar (learning
outcomes) dan keberagaman
·
Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
·
Sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif
·
Penilaian menekankan pada proses dan
hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
·
Kelebihan dari kurikulum 2004
·
Guru sebagai fasilitator.
·
Mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan
penuh tanggungjawab.
·
Pendidikan berbasis kompetensi
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi)
tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard performance yang telah ditetapkan, sebagai
upaya mempersiapkan kemampuan individu.
·
Sejalan dengan visi pendidikan yang
mengarahkan pada dua pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan
kebutuhan masa datang,
·
Kompetensi dalam kurikulum ini cukup
lengkap meliuti: kemampuan melakukan segala sesuatu dalam berbagai konteks,
kompensi menjelaskan pengalaman belajar, kometensi hasil belajar, kompetensi
yang dihasilkan terukur.
·
Bentuk pelaporan hasil belajar yang
memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan
perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.
·
Kekurangan dari kurikulum 2004
·
Kerancuan muncul bila dikaitkan
dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun
nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin
dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang
mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
·
Kritik bertebaran, lantaran beban
belajar siswa dinilai terlalu berat.
·
Berbagai kepentingan
kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super pada
·
Pendekatan penguasaan materi
(content oriented) memberatkan siswa
·
Beban belajar siswa terlalu berat
karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata
pelajaran
·
Materi pelajaran dianggap terlalu
sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan
kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
·
Kurikulum pendidikan agama tahun
1994 juga lebih menekankan materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target
bahan ajar, Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang
pembelajaran secara berkelanjutan
·
KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK
dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih
tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar (KD),
standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran,
seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan
(sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
·
Ciri-ciri kurikulum 2006
·
Menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
·
Menggunakan pendekatan kompetensi
yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah
yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
·
KTSP memberikan peluang yang lebih
luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan.
·
Guru sebagai pengajar, pembimbing,
pelatih dan pengembang kurikulum.
·
Kurikulum sangat humanis, yaitu
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum
sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya
masing-masing.
·
Kelebihan dari kurikulum 2006
·
Guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada.
·
Siswa sebagai pusat pembelajaran.
·
Mendorong para guru, kepala sekolah,
dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
·
Evaluasi berbasis kelas yang
menekankan pada proses dan hasil belajar.
·
Berpusat pada siswa.
·
Menggunakan berbagai sumber belajar.
·
kegiatan pembelajaran lebih
bervariasi, dinamis dan menyenangkan.
·
Secara teori memberikan otonomi
secra luas pada sekolah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam
meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan potensi di daerahnya.
·
Tenaga kependidikan termotivasi
untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi. untuk menggali potensi sekolah
sehingga mampu menjadi agen bagi pembangunan masyarakat yang mengakar pada
potensi lokal.
·
Sekolah leluasa untuk ambil peranan
dalam pendidikan untuk membentuk siswa sebagai pengambil peranan dalam
masyarakat.
·
Kurikulum in memberika kesempatan
kepada para siswa untuk mengembangkan dirinya di luar sekolah, karana telah
terjadi pengurangan kepadatan jam pelajaran
·
Kekurangan dari lurikulum 2006
·
Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu
menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas
guru dan sekolah.
·
Kurangnya ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .
·
Masih banyak guru yang belum
memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun
prakteknya di lapangan.
·
Penerapan KTSP yang merekomendasikan
pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit
untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru
untukmendapatkan tunjangan profesi.
·
Banyak guru belum memahami hakekat
dari kurikulum ini, akibatnya
pembelajaran maupun administrasi guru
hanya berubah nama dan istilah-istilah
·
Belum ada kemampuan dari kalangan
penyelenggara pendidikan, sehingga memungkinkan adanya kopi paste kurikulum
yang sekedaar memenuhi persyaratan administrasi, dan aplikasinya pun masih
tidak sesuai dengan yang dikehendakI.
·
KTSP tidak dibarengi dengan
tersedianya waktu, sarana, dan prasarana cukup bagi guru-guru untuk menerapkan
segala ide-ide kreatifnya.
·
Penilaian yang menekankan pada
poroses ternyata tidak terlalu dihiraukan, buktinya Ujian Nasional yang
merupakan penilaian hasil belajar verbal tertulis masih menjadi standar
kelulusan yang dominan.
·
Otonomi sekolah memiliki kecenderungan besar untuk dilanggar,
buktinya masih selalu ada soal-soal tes yang diseragamkan.
10. Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013
dilakukan dalam empat tahap. Pertama, penyusunan kurikulum di lingkungan
internal Kemdikbud dengan melibatkan sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu
dan praktisi pendidikan. Kedua, pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil
Presiden selaku Ketua Komite Pendidikan yang telah dilaksanakan pada 13
November 2012 serta di depan Komisi X DPR RI pada 22 November 2012. Ketiga,
pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen
masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh selain melalui saluran daring
(on-line) pada laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id , juga melalui media massa cetak. Tahap
keempat, dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Kurikulum
2013. Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap
di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong
peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi
pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada
fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan
lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa
sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki
masa depan yang lebih baik. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah
bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini
merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat
menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.
·
Ciri – ciri kurikulum 2013 atau karakteristiknya
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran. 2. Kompetensi Inti (KI) merupakan
gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui
pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari
peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas
tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK. 4. Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap
sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual
(kemampuan kognitif tinggi). 5. Kompetensi Inti menjadi unsur
organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema
(SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK).
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas
tersebut. 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari
setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
·
Kelebihan kurikulum 2013
·
Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap
pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.
·
Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan
hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan,
religi, praktek, sikap dan lain-lain.
·
Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
·
Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
·
Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan.
·
Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard
skills, kewirausahaan.
·
Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap
terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial
yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
·
Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi
seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
·
Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
·
Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
·
Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogi, sosial dan personal.
·
Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran (buku induk)
·
Guru berperan sebagai fasilitator
·
Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
·
Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana
buku sudah disiapkan dari pusat
·
Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh
koordinasi dan supervise dari daerah
·
Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode
pembelajaran yang lebih bervariasi
·
Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
·
Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.
·
Kelemahan kurikulum 2013
·
Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru
tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata
pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
·
Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum
2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya
sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang
panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan
pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi
materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
·
Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
·
Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
·
Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
·
Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus
ini.
·
Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai
kapasitas yang sama.
·
Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
·
Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap
materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang
berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
·
Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di
sekolah terlalu lama.
·
Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu
KPPI, IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
·
Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
·
Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
·
Guru tidak tiap dengan perubahan
·
Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara holistic.
·
Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
·
Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
·
Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
·
Tingkat keaktifan siswa belum merata
·
KBM umumnya saat ini mash konvensional
·
Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
·
Menambah beban kerja guru.
·
Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum
2013
·
Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga
ada unsur keterpaksaan.
Terima kasih atas ilmu barunyaa...
BalasHapus