Translate

Sabtu, 14 Mei 2016

pengertian dan contoh kalimat minor dan mayor bertingkat setara


          Kalimat Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat. Unsur pusat yang sering digunakan dalam kalimat minor berupa predikat. Kalimat minor umumnya digunakan sebagai jawaban atas suatu pertanyaan, sebagai perintah, seruan.
Contohnya dalam bentuk jawaban dan salam :
          (Siapa namamu?) Ani.
          (Apa yang kau makan?) Mangga.
          (Di mana rumahmu?) Jalan Melati III Jambi 
          Selamat datang.
          Selamat siang

     Kalimat Mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat, yakni bisa terdiri dari subjek dan predikat (S-P) atau subjek, predikat, objek (S-P-O) ataupun lebih dari itu, misalnya dengan disertai keterangan (S-PO- K).
Contohnya :
          Togar akan berangkat besok pagi
          ibu pergi ke pasar.
          Kerjakan tugas inik
          Kamu lari
          Yang harus ke sini Ani.

     Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola menduduki sebagai induk kalimat, sedangkan pola yang lain sebagai anak kalimat.
Contohnya
          Ayah pulang dari kantor ketika rizam tidur
          Ketika ani datang, lisa sudah pergi
          Ari akan melanjutkan kuliah jika ia punya cukup uang
          Jika gilang puny banyak uang, ia akan naik haji
    Orang yang kemarin membuat onar, itu merasa tidak bersalah, padahal yang ia lakukan sudah merugikan banyak orang.

       Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat majemuk yang terdiri atas beberapa kalimat yang setara/sederajat kedudukannya. Kalimat Majemuk Setara adalah penggabungan dari 2 kalimat / lebih dengan menggunakan kata hubung.
Contohnya kalimat majemuk setara sejalan :
1. Umkar pergi ke pasar, Ririn pergi ke sawah sedangkan Sirob pergi ke sekolah.
2. Juminten pergi ke pasar, Parno berangkat ke bengkel, sedang Ganes pergi ke kebun binatang

PENGERTIAN BAHASA DAN HAKIKAT BAHASA

PENGERTIAN BAHASA
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Kata bahasa yang terdapat pada kalimat bisa menunjuk pada beberapa arti atau kategori lain. Menurut peristilahan de Saussure, bahasa bisa berperan sebagai parole, langue, langage. Sebagai objek kajian linguistik, karole merupakan objek konkret karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa. Langue merupakan objek yang abstrak karena langue itu berwujud sistem suatu bahasa tertentu secara keseluruhan. Langage merupakan objek yang paling abstrak karena dia berwujud sistem bahasa yang universal.
“ Apakah bahasa itu?” Seperti yang dikemukakan Kridalaksana (1983 dan juga dalam Djoko Kentjono 1982) “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Definisi ini sejalan dengan definisi dari Barber(1964: 21), Wardhaugh(1977:3), Trager(1949:18), de Saussure(1966:16) dan Bolinger(1975:15).
Masalah yang berkeneen dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah tuturan disebut bahasa, yang berbeda dengan bahasa lainnya dan bilamana hanya dianggap sebagai varian dari suatu bahasa lainnya dan hanya dianggap sebagai varian dari suatu bahasa. Dua buah tuturan bisa disebut sebagai dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistis dan patokan politis. Masalah lain adalah arti bahasa dalam pendidikan formal di sekolah menengah bahwa” bahasa adalah alat komunikasi”. Jawaban ini tidak salah tetapi juga tidak benar sebab hanya mengatakan” bahasa adalah alat”.
Oleh karena itu, meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena ”rumitnya” menentukan suatu parole bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini.

HAKIKAT BAHASA
Beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa adalah
Bahasa sebagi Sistem
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kegiatan sehari-hari dengan makna ‘cara’ atau ‘aturan’, tapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem bararti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya bahasa itu tersusun menurut pola, tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub- subsistem atau sistem bawahan.
Bahasa sebagai Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dikaji orang dengan kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu Semiotika atau Semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu antara lain tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Dengan begitu, bahasa adalah suatu sistem lambang dalam wujud bunyi- bahasa, bukan dalam wujud lain.
Bahasa adalah Bunyi
Sistem bahasa itu bisa berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Kata bunyi, sering sukar dibedakan dengan kata suara. Secara teknik, menurut Kridalaksana (1983: 27) bunyi adalah kesan dari pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan- perubahan dalam tekanan udara. Lalu yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi, bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa. Tetapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa, seperti teriak, bersin, batuk- batuk, dan sebagainya.
Bahasa itu Bermakna
Bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi, maka tentu ada yang dilambangkan. Yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep, ide atau pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang- lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide atau suatu pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang- lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan- satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan “ sewenang- wenang, berubah- ubah, tidak tetap, mana suka”. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Bahasa itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif adalah “ banyak hasilnya “ atau lebih tepat “ terus- menerus menghasilkan “. Lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur- unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur- unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan- satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yamg berlaku dalam bahasa itu.
Bahasa itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Bahasa dikatakan unik yang artinya setiap bahasa memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, artinya jika kita memberi tekanan pada kata dalam kalimat maka makna kata itu tetap.
Bahasa itu Universal
Bahasa bersifat universal artinya ada ciri- ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri- ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri- ciri atau sifat- sifat bahasa lain.
Bahasa itu Dinamis
Bahasa adalah satu- satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat, kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap dan tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Bahasa itu Bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Anggota masyarakat bahasa itu ada yang berpndidikan baik ada juga yang tidak, ada yang tinggal di kota ada yang tinggal di desa, ada orang dewasa dan kanak- kanak. Oleh karena latar belakang dan lingkungannya tidak sama maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam.
Bahasa itu Manusiawi
Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas. Dalam arti hanya untuk keperluan hidup “ kebinatangannya” itu saja. Kalaupun ada binatang yang dapat mengerti dan memahami serta melakukan perintah manusia dalam bahasa manusia adalah berkat latihan yang diberikan kepadanya.

Nama Penyair dalam sejarah sastra di Indonesia

          1. TOTO SUDARTO BACHTIAR
Toto sudarto bachtiar (lahir di palimanan, Cirebon, tanggal 12 Oktober 1929) telah mulai mengumumkan sajak-sajaknya sekitar tahun 1950. Sajaknya yang terkenal ‘ ibu kota senja ‘ ditulisnya tahun 1951. Tetapi kebanyakan sajak-sajaknya ditulis sesudah tahun 1953, karena itu ia baru dibicarakan sekarang dan tidak pada periode sebelumnya berlainan dengan kawan sebayanya Harijadi S. Hartowardjo yang setelah 1954 sedikit saja menulis sajak. Dalam sajaknya ‘ pahlawan tak dikenal ‘ ia melukiskan seorang pemuda yang gugur tertembak pada hari pahlawan tanpa mengetahui untuk apa. Tetapi ia memberikan pengorbanannya dengan ikhlas ; ia tersenyum mau berkata “ aku sangat muda “. Kecuali menulis sajak  Toto sudarto juga banyak sekali menerjemahkan, baik sajak maupun cerpen atau karangan-karangan lain kedalam bahasa Indonesia.
            2. W.S. RENDRA
Rendra yang semula nama lengkapnya Willibrodus Surendra Broto lahir di Solo tanggal 7 November 1935 ialah penyair Indonesia terpenting pada masa ini. Ia mulai mengumumkan sajak-sajaknya sekitar tahun 1954 dalam majlah-majalah terkemuka di Jakarta dan lembaran-lembaran kebudayaan di Solo dan di Yogya. Kemudian sajak-sajaknya yang permulaan itu di muat dalam buku kumpulan sajaknya yang pertama berjudul Balada Orang-orang Tercinta (1957). Rendra mendapat hadiah sastra nasional untuk puisi tahun (1955-1956) sebagai salah seorang penyair terbaik. Salah sebuah sajaknya yang permulaan yang juga dimuat dalam kumpulan itu berjudul “ Terbunuhnya Atmo Karpo “ merupakan sebuah sajak baladanya yang terbaik. Selain menulis sajak, Rendra pun banyak menulis cerpen. Sebagaiannya telah diterbitkan dalam sebuah kumpulan berjudul Ia Sudah Bertualang (1963). Juga banyak bergerak di bidang drama.
            3. RAMADHAN K.H
 Ramadhan K.H. atau lengkapnya Ramadhan Kartahadimadja lahir di Bandung 16 Maret 1927, tetapi baru tampil namanya sebagai penulis sekitar tahun 1952. Ia mula-mula menulis cerpen, kemudian lebih banyak menulis sajak. Ia pun seorang penerjemah yang telah berjasa memperkenalkan sajak-sajak dan drama Federico Garcia Lorca ke dalam bahasa indonesia yang diterjemahkanya langsung dari bahasa Spanyol. Sajak-sajaknya sendiri yang ditulisnya ia baru pulang dari spanyol, kemudian dibukukan dengan judul Priangan SI Jelita (1958). Untuk buku itu dia mendapatkan hadiah sastra nasional dari B.M.K.N tahun 1957-1958. Dalam sajaknya itu ia banyak menyatakan kegetiran hatinya lantaran melihat tanah airnya tidak aman dan menjadi korban pengacauan.
            4. KIRDJOMULJO
Kirdjomuljo lahir di Yogyakarta tahun 1930 ialah salah seorang penyair indonesia yang banyak sekali menulis sajak. Sekita tahun 1953-2956 banyak di antarnya dimuat dalam majalah-majalah. Tahun 1955 terbit buku kumpulan sajaknya berjudul Romance Perjalanan I. Romance perjalanan jilid-jilid selanjutnya tidak pernah terbit, meskipun konon naskahnya sudah dipersiapkan penyairnya. Banyak sajaknya yang dimuat dalam majalah-majalah tetapi belum diterbitkan dalam buku. Kecuali menulis sajak, kirdjomuljo juga menulis banyak drama. Yang pernah terbit menjadi buku hanya satu yaitu yang berjudul “ Nona Maryam “ yang diterbitkan dalam satu jilid dengan drama sebuah tangan W.S Rendra berjudul ‘ Orang-orang di Tikungan Jalan ‘ (1955). Kirdjomuljo pun ada menulis cerpen dan roman, di antaranya ada yang sudah terbit berjudul Cahaya di Mata Emi (1968) dan di saat rambutnya terurai (1968) yang terasa sangat lamban gayanya.
Nama Penyair Lainya
Beberapa penyair lain yang banyak mengumumkan sajak-sajak dalam majalah-majalah pada periode ini, tetapi sayang belum juga mendapatkan kesempatan untuk menerbitkanya menjadi buku, antara lain adalah :
          Hartojo Andangdjaja (lahir di Solo tanggal 4 Jul 1930), mengumumkan sajak-sajaknya dalam majalah-majalah terkemuka di Jakarta dan kota-kota lain. Sajaknya yang pertama sudah dimuat sekitar tahun 1947.
          M. Hussyn Umar (lahir di Medan tanggal 21 Januari 1931), kecuali menulis sajak juga menulis cerpen dan drama radio. Sajak-sajaknya menunjukkan perhatianya yang besar kepada masalah-masalah sosial. Ketika jadi mahasiswa ia pun aktif dalam lapangan penerbitan mahasiswa.
          Odeh suardi (lahir di Sumedang tanggal 6 September 1930), menulis sajak yang diilhami oleh agama yang dipeluknya, agama kristen. Ia banyak menulis sajak dalam majalah-majalah Zenith, Gelanggang/siasat, Seni, Mimbar Indoneia dan lain-lain. Setelah itu ia menjadi pendeta, tak pernah lagi ada sajak yang diumumkannya.
          Sugiarta Sriwibawa (lahir di Solo tanggal 31 Maret 1932), menulis sajak-sajak yang berat karena permasalah nadanya. Sajak-sajaknya itu telah dikumpulkan dalam kumpulan berjudul Lentera Jalan yang sampai sekarang belum terbit. Kecuali menulis sajak, Sugiarta banyak menulis cerpen dengan gayanya yang lirikal dan puistis.
          Surachman R.M (lahir di Cibatu, Garut,19 September 1936), sajak-sajaknya menunjukan perhatian yang besar terhadap masalah-masalah sosial. Ia terkenal juga sebagai penulis yang banyak menulis sajak dalam bahasa daerahnya, bahasa sunda. Kumpulan sajaknya bahasa sSunda telah terbit berjudul Surat Kayas (1968).
           Ayatrohaidi (lahir di Jatiwangi, Majalengka, 5 Desember 1939), menulis sajak-sajak dan cerpen-cerpen.,baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda. Juga dalam sajak-sajaknya tampak perhatian yang besar terhadap masalah-masalah sosial.
Drama
Setelah beberapa tahun lamanya dunia penulisan drama Indonesia hampir-hampir hanya mengenal Utuy T. Sontani sebagai tokoh tunggal, menjelang akhir tahun lima puluhan muncullah beberapa nama baru dalam penulisan drama Indonesia.
          NASJAH DJAMIN
Lahir di Medan dalam tahun 1924, tetapi hidupnya kebanyakan dihabiskan di Yogya. Meski ia sudah mulai menulis (sajak) pada awal revolusi fisik, namun sampai awal tahun lima puluhan ia lebih banyak mencurahkan perhatianya kepada seni lukis. Ia memang lebih dahulu terkenal sebagi pelukis dari pada penulis. Kecuali menulis drama dan cerpen, Nasjah pun menulis pula roman. Antara yang sudah terbit patut disebut Hilanglah si Anak Hilang (1963). Roman ini mengisahkan perjuangan seorang pelukis individualis yang hilang dari lingkungan keluarga karena menemukan konflik mengenai nilai-nilai moral kebenaran.
          H.M. JUSA BIRAN
Nama lengkapnya ialah Hadji Misbach Jusa Biran, lahir di Rangasbitung tahun 1933. Ia terkenal mula-mula karena sketsa-sketsanya tentang kehidupan “ seniman senen” yang dimuat dalam majalah Aneka tahun lima puluhan. Ketika itu ia sudah bergerak dalam lapangan perilmuan. Setelah itu Misbach masih menulis beberapa buah drama lagi, di antaranya berjudul “ setengah jam menjelang maut “ (1968) yang pernah dimainkan di muka televisi. Romannya menyusuri jejak berdarah (1968) merupakan penuliasan dari cerita fliem yang juga telah dibuatnya sendiri.
Para Pengarang Wanita
N.H DINI
N.H Dini yang nama lengkapnya Nurhajati Srihardini (lahir di Semarang tanggal 29 Februari 1936), mulai menulis cerpen-cerpen yang dimuat dalam majalah kisah dan lain-lain. Pada cerpen=cerpen itu tidak ada lagi protes-protes yang berkisar pada soal-soal kewanitaan yang didunianya terjepit di tengah dunia Laki-laki. Tokoh waniat Dini ialah manusia-manusia yang kalaupun berontak ialah berontak karena hendak memperjuangkan harga dirinya sebagai manusia. Dalam cerpen “ dua dunia” dikisahkan dini tentang Iswanti seorang janda muda yang sakit tipus yang diceritakan suaminya karena si suami main gila dengan ibu tirinya sendiri. Setelah terbit dengan kumpulan cerpen, Dini kemudian menerbitkan sebuah roman pendek yang berjudul “ hati yang damai “ (1961). Ceritanya seorang istri penerbang yang ketika suaminya mendapat kecelakaan lalu terlibat dalam cinta segi empat hingga akhirnya ia menemukan kedamaian pada keluasan hati suaminya. Dini kemudian menikah dengan seorang diplomat perancis, ia megikuti suaminya pernah tinggal di Jepang dan antara lain menulis sebuah roman pula yang fragmennya pernah diumumkan dalam majalah. Roman itu berjudul Namaku Hiroko.

Model Apresiasi Puisi

Apresiasi puisi dimaknai sebagai kegiatan mengeluti, menggauli, memahami, menikmati puisi hingga tumbuh pengetahuan, pengertian, pemahaman, penikmatan, penghargaan terhadap puisi yang kita gauli, geluti, pahami, dan nikmati. Apresiasi berhubungan dengan nilai dan sikap.Apresiasi puisi bisa bersifat langsung dan tak langsung. Apresiasi langsung dengan cara bergelut langsung dengan puisi itu sendiri, sementara apresiasi tak langsung dengan cara mempelajari teori tentang puisi tersebut.

Contoh puisi
TETESAN AIR LEBAT
Tik tik tik
Perlahan lahan air itu jatuh dari langit
Diiringi petir yang seakan ingin membelah bumi
Lalu tetesan air itu jatuh begitu kuat
Membasahi tubuh anak-anak yang bercanda
Diluar rumah
            Hujan adalah teman
            Yang  bermain bersama anak tiada berumah
            Hujan berhenti
            Awan hitam disingkir warna warni di langit
Tik tik tik
Tak lagi jatuh perlahan dari langit
Tapi dari mata si anak yang tiada berumah

Metode pembelajaran yang bersifat active learning

Metode kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan  materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. CTL juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian siswa dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya mereka.


fungsi bahasa Menurut halliday


1. fungsi instrumental : penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum dansebagainya
2. fungsi regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku
3. Fungsi interaksional : untuk saling mencurahkan perasan pemikiran antara seseorang dan orang lain
4. fungsi personal : untuk mencurahkan perasaan dan pikiran
5. fungsi heuristic : untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya
6. fungsi imajinatif : bahasa untuk mengungkapkan imajinasi dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata)
7. fungsi representasional : penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain


Manfaat Berbahasa


Begitu besar manfaat membaca untuk mengasah keterampilan menulis seseorang. Berikut saya paparkan manfaat membaca bagi keterampilan menulis.
1. Membaca memperluas wawasan
2. Membaca membantu melihat sudut pandang yang berbeda
3. Membaca membantu  belajar teknik menulis yang dipakai oleh orang yang lebih berpengalaman.
4. Membaca membuat ide  melimpah
5. Membaca menjadikan otak dan pikiran  aktif
6. Membaca merangsang terbentuknya informasi baru di sistem daya ingat yang siap di panggil kapan saja
7. Membaca membuat jalan pikiran menjadi lebih lentur
8. Membaca memperkaya kosa kata, pilihan kalimat, dan cara penyajian yang bisa dipakai.
9. Membaca membuat mampu menganalisa, menghubungkan informasi yang   terserak, dan melihat benang merah dari sebuah persoalan
10. Membaca membuat Anda punya bahan yang banyak untuk menuliskannya kembali.

Begitu banyak contoh di sekitar kita yang menunjukkan bagaimana orang yang gemar membaca cenderung memiliki keterampilan menulis yang baik. Hanya sedikit nama yang layak disebut sebagai penulis besar. Sebut saja Khalil Gibran, William Shakespeare. Keduanya harus menjalani kehidupan yang kurang mengenakan terlebih dahulu, jawabannya adalah tidak. Kita justru bersyukur jika tidak melewati fase hidup yang begitu berat seperti dialami mereka. Bukan soal bagaimana jalan kehidupan yang harus kita tempuh. Tapi bagaimana kita memandang dan memanfaatkan setiap momen yang telah kita lewati untuk menjadi sebuah karya. Itulah yang dilakoni Shakespeare dan Khalil Gibran hingga mengantarkannya menjadi penulis terkenal.
Seorang penulis kreatif akan sukses jika memiliki semangat atau motivasi sejauh mana menginginkan hal-hal baru dan melakukan perubahan. Motivasi ini dilandasi sejauh mana kita menginginkan perbaikan dalam hidup. Tidak mudah menyerah, selalu memiliki solusi alternatif dan menghasil ide-ide terobosan dalam mengembangkan tulisannya. Tak kalah penting, kita harus berani keluar dari kebiasaan dan tidak terkungkung dengan apa yang ada saat ini adalah salah satu hal yang harus dipenuhi untuk menghasilkan suatu produk tulisan yang layak disebut sebagai tulisan kreatif.
Membangun Tradisi Membaca dan Menulis.
Sudah saatnya membangun kembali tradisi membaca dan menulis. Inilah kontribusi yang bisa  berikan untuk menjadikan bangsa ini lebih maju. Lewat kebiasaan membaca, bisa melatih keterampilan menulis..
Jika banyak pembaca yang bertanya, bagaimana caranya agar  bisa menulis dengan baik? Maka jawaban sederhana adalah rajin-rajinlah membaca. Dengan kebiasaan tersebut, keterampilan menulis Anda akan meningkat dengan sendirinya. Anda mw bukti, silakan anda praktekkan.

Macam-macam paragraph

A. Paragraf deskriptif           
Paragraph deskriptif adalah paragraf yang berisi lukisan apa yang tertangkap oleh indera, baik yang terlihat, terdengar, terasa, teraba, atau tercium. Semua hasil penginderaan selanjutnya dioleh oleh perasaan dan dilukiskan dengan kata-kata sebagai sebuah paragraf deskripsi.
B. Argumentasi
Paragraph argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orng lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis dan pembaca. Paragraf argumentatif bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca dengan cara memaparkan alasan-alasan, fakta-fakta, atau bukti-bukti suatu pendapat atau gagasan pemecahan sebuah masalah.
C. Narasi                    
Pengertian narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraph dalam sebuah tulisan yang rakaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir. Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkannya. Sasaran utama nya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi sugestif merupakan suatu rangkain peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Contoh karangan narasi adalah novel, cerpen atau hikayat.
D. Paragraph Pengembangan
Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan penutup. Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang dikemukakan. Karena itu, paragraf satu dengan paragraf lainnya hendaknya memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf ini dapat dikembangkan dengan cara deskriptif, ekspositoris, naratif, atau argumentatif yang akan dibicarakan pada halaman-halaman berikutnya.
C. Paragraph Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan. Paragraf ini umumnya berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya yang mengunci atau menutup sebuah karangan. Dalam mengunci karangan hendaknya dapat memberikan kesan yang baik di benak pembaca. Untuk itu, perlu dikemukakan hal-hal yang penting, seperti simpulan atau simpulan yang diramu dengan saran-saran atau pendapat pribadi pengarang. 

Layanan bimbingan dan konseling dalam kelompok


            Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang-perorangan, maka bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling menjadi perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan kelompok itu. Apalagi pada zaman yang menekankan perlunya efisiensi, perlunya perluasan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan cepat, layanan kelompok semakin menarik.
            Keunggulan yang diberikan oleh layanan kelompok ternyata bukan hanya menyangkut aspek ekonomis/efisiensi sebagaiman dituturkan diatas. Dinamika perubahan yang terjadi ketika layanan itu berlangsung juga amat menarik perhatian. Dalam layanan kelompok interaksi antar individu anggota kelompok merupakan suatu yang khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan.
          Ciri-ciri kelompok
Meskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang, tetapi kelompok bukan sekedar kumpilan sejumlah orang. Sejumlah orang yang berkumpul itu baru merupakan “lahan” bagi terbentuknya kelompok. Unsur-unsur tersebut yang paling pokok menyangkut tujuan, keanggotaan dan kepimpinan, serta aturan yang diikuti.
Sekumpulan orang akan menjadi kelompok kalau mereka mempunyai tujuan bersama. Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimpin kelompok yang bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok, untuk melakukan kegiatan bersama, untuk mencapai tujuan yang satu bersama. Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota, dan pemimpin itu tidaklah lengkap apabila belum memiliki aturan dalam kelompok melaksanakan kegiatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai, atau pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan mengarahkan diri bagi pencapaian tujuan yang mereka kehendaki.
          Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Gadza (1978) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok  siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok, khususnya dalam kaitannya dengan unsur kelompok keempat unsur yang membentuk kelompok, maka dapat diketahui bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok tersebut ialah menerima informasi. Lebih jauh informasi itu akan dipergunakan untuk menyusun rencana dan membuat keputusan, atau untuk keperluan lain yang relavan dengan informasi yang diberikan.
          Konseling kelompok
Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksankan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor (yang jumlahnya mungkin lebih dari seorang) dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya paling kurang dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan, yaitu hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penulusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Kegiatan penunjang
1. Instrumentasi bimbingan dan konseling
            Pemahaman tentang diri klien, tentang masalah klien, dan tentang lingkungan yang “lebih luas” dapat dicapai dengan berbagai cara. Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empirik.
Termasuk kedalam instrumen yangdimaksudkan itu adalah berbagai tes, inventori, angket dan format isian. Sedang untuk pemahaman lingkungan yang “lebih luas” dapat digunakan berbagai brosur, leaflet, selebaran, model, contoh, dan lain sebagainya.
          Instrumen tes
Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klafikasi tertentu (Cronbach, 1970). Dalam bentuknya yang nyata tes meliputi serangkaian pertanyaan (tertulis atau lisan) atau tugas yang harus dijawab oleh orang yang di tes.
          Instrumen non-tes
Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosimetri, inventori yang dibakukan. Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan dan wawancara.
2. Penyelenggaraan himpunan data
Data yang telah terkumpul melalui berbagai tekhnik/prosedur untuk sejumlah individu perlu dihimpun secara cermat. Selain berkepentingan dengan himpunan data pribadi siswa, konselor disekolah perlu pula mengumpulkan data umum, yaitu data yang menyangkut berbagai informasi dan bebagai hal tentang “lingkungan yang lebih luas”. Data umum ini pada umumnya dipakai untuk layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran.
3. Kegiatan khusus
Masih ada beberapa kegiatan khusus yang memerlukanperhatian konselor, khususnya konselor yang berkerja disekolah, untuk dapat diselenggarakan dengan baik.
          konferensi kasus
konferensi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus. Salah satu tujuan konferensi kasus ialah untuk diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permaslahan siswa dan terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu lebih efektif dan efisien.
          Kunjungan rumah
Penanganan permaslahan siswa seringkali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga siswa. Salah satu tujuan utamanya yaitu memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah/orangtua.
          Alih tangan
Kegiatan alih tangan meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima “kiriman” klien dari pihak lain, seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain. Sedangkan jalur dari konselor, dalam arti konselor “mengirimkan” klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain.
Pada sisi yang pertama, yaitu konselor menerima klien dari pihak lain, berkenaan dengan prosedur alih tangan hampir tidak ada persoalan yang memerlukan perhatian khusus, kecuali masalah kesukarelaan. Pada sisi yang kedua, yaitu konselor mengalihtangankan klien, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya tentang kepada siapa klien akan dialihtangankan, kesediaan klien, dan materi atau informasi tentang klien hendaknya disampaikan kepada pihak lain tempat alih tangan.

Sabtu, 07 Mei 2016

Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia SEJARAH BAHASA INDONESIA


Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
1.      Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
2.      Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3.      Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4.      Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5.      Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
1.      Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
2.      Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
3.      Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1.      Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
2.      Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3.      Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas persatuan bangsa indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas di perguruan-perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri cultural, yang ke dalam menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
1.      Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
2.      Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3.      Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
4.      Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara   berserta fungsinya 

Sebagai Bahasa Nasional 
Tanggal 28 Oktober 1928, pada hari “Sumpah Pemuda” lebih tepatnya, Dinyatakan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memilki fungsi-fungsi sebagai berikut :1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.
2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.
adapun penjelasanya :
Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.
Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan digunakan nya bahasa indonesia dalam bulir-bilir Sumpah Pemuda. Yang bunyinya sebagai berikut

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.


Kami poetera dan poeteri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan masih digunakannya Bahasa Indonesia sampai sekarang ini. Berbeda dengan negara-negara lain yang terjajah, mereka harus belajar dan menggunakan bahasa negara persemakmurannya. Contohnya saja India, Malaysia, dll yang harus bisa menggunakan Bahasa Inggris.

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam berbagai macam media komunikasi. Misalnya saja Buku, Koran, Acara pertelevisian, Siaran Radio, Website, dll. Karena Indonesia adalah negara yang memiliki beragam bahasa dan budaya, maka harus ada bahasa pemersatu diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.

Bahasa Indonesia sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.
Agar semua bangsa indonesia memiliki bahasa pemersatu dalam berkomunikasi walaupun berbeda – beda asal,suku,ras dan adat
Sebagai Bahasa Negara
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara.
Pada tanggal 25-28 Februari 1975, Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta. berikut fungsi dan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah :1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
4. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
adapun penjelasanya :

Bahasa resmi kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen dan keputusankeputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan badanbadan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Demikian halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.
Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaikbaiknya, pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan pemberian tugas-khusus
baik di dalam maupun di luar negeri.

Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan dilembaga-lembaga pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pengantar di segala jenis dan tingkat pendidikan di seluruh Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997), masih merupakan masalah yang meminta perhatian.

Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah
Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.

Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Dalam pada itu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak
tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa asing di dalam usahanya untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta untuk ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan hal itu, Suhendar dan Supinah (1997) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia adalah atu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah